Kisah Inspirasi - Siapa yang membayangkan bahwa orang yang dulunya bekerja di bagian produksi pabrik Toyota Astra Motor (TAM) bisa mengubah nasibnya menjadi rekanan yang memasok komponen pada perusahaan otomotif terbesar di Indonesia tersebut?
Mungkin ada, tetapi tidak terlalu banyak. Dan salah satunya adalah Nur Dahyar. Nur, demikian ia biasa dipanggil, dia membuka usaha pallet setelah “mencuri” ilmu di TAM selama 9 tahun. Saat ini, pallet buatan perusahaannya tidak saja digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga diekspor ke luar negeri. “Sejak awal saya memang mempunyai rencana menjadi pengusaha”, begitulah ujarnya.
Pada saat bekerja di Toyota tahun 1978, ia hanya berbekal ijazah SLTP. Namun, keinginannya menjadi seorang pengusaha tidak pernah mati. Sembari bekerja di Toyota pada malam harinya, paginya ia sekolah di SMA hingga lulus dan melanjutkan di Akademi D3 komputer. Pada waktu bekerja di Toyota, ia pun bertekad untuk bisa menguasai semua bidang ilmu sehingga ia minta kepada atasannya supaya di rolling dari satu bidang ke bidang yang lainnya.
Kini semua bidang di industri otomotif sudah ia jalani. Mulai dari bidang pengelasan, press, pengepakan, pergudangan dan lainnya. Setelah ia memperoleh cukup ilmu, akhirnya ia keluar untuk mendirikan perusahaan kecil –kecilan.
Secara kebetulan ketika di Toyota ia kenal dengan Setiadi, seorang teknisi mesin yang bekerja di PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Hubungan pertemanan ini berlanjut menjadi hubungan bisnis. Nur Dahyar lalu mendirikan perusahaan yang diberi nama PT Nuansa Raya Dinamika (NRD) tahun 1997.
Modal awal pengembangan usaha NRD berasal dari pinjaman BNI sebesar lima puluh juta, pertama kali memperoleh order dari Pelindo lewat jasa temannya tersebut. Proyek yang ditanganinya adalah pembuatan 9 pemancar lampu (tower) senilai seratus tiga puluh lima juta yang dilaksanakan dalam beberapa periode.
“Pada bulan pertama NRD menyelesaikan order sebesar lima belas juta, tetapi biaya yang dikeluarkan sebanyak dua puluh lima juta” ujarnya. Hal ini wajar mengingat NRD harus menginvestasikan mesin dan peralatan lain. Setelah memiliki prospek yang baik, koleganya tersebut mengajukan pernsiunan dini agar bisa fokus dalam mengembangkan perusahaan tersebut. Pada mulanya 100 persen saham yang dimiliki Nur Dahyar, tetapi setelah Setiadi bergabung komposisi kepemilikan saham menjadi 50-50.
“Kami membina hubungan berdasarkan prinsip saling percaya, walaupun sering kali beda pendapat tetapi sampai sekarang masih bisa bertahan”, kata Setiadi. Jika Dahyar lebih menguasai produksi, maka Setiadi menangani yang berkaitan dengan masalah keuangan. Pembagian tugas yang jelas menyebabkan masing-masing orang tahu apa yang harus dikerjakan.
Semula NRD memproduksi pallet yang terbuat dari kayu, tetapi mulai tahun 2001 kemudian beralih menjadi bahan baku dari besi/baja. Hal ini disebabkan Negara seperti Malaysia dan Austraia sudah tidak mau menerima pallet yang terbuat dari kayu karena berkaitan dengan masalah lingkungan.
Saat ini produk yang dihasilkan NRD tidak saja pallet baja, tetapi juga peralatan konstruksi baja dan mesin-mesin sederhana. NRD telah berkembang menjadi tiga pabrik kecil yan g menempati wilayah 2.560 meter persegi di daerah Semper. 55 persen produksi NRD untuk memasok kebutuhan Toyota, sedangkan 45 persen dapat diberikan kepada pelanggan yang lain. Tercatat beberapa perusahaan seperti PT. Maersk Line, SCI, American Line, Mulia Keramik menggunakan produk NRD.
Saat ini beberapa bank telah menyalurkan kredit pada UKM seperti Bank Niaga, bank Permata, dan Citibank. “Sekarang kredit yang bisa dikucurkan bisa mencapai satu miliat per bulan seiring dengan perkembangan perusahaan”, kata Setiadi. Ia merasa bersyukur karena Omzet perusahaan semula hanya dibawah seratus juta, sekarang sudah mencapai belasan miliar.
Kisah Pegawai Pabrik Yang Menjadi Pengusaha
Reviewed by Raizal
on
Juli 10, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: